Home
/
Digilife

Blue Moon Terangi Langit di Minggu Malam, Kenapa Bisa Terjadi?

Blue Moon Terangi Langit di Minggu Malam, Kenapa Bisa Terjadi?
Tomy Tresnady21 August 2021
Bagikan :

Ilustrasi (Foto: Alexandra Vozvyshaeva / Unsplash)

Uzone.id - Blue Moon (Bulan Biru) akan menerangi langit pada Minggu malam (22/8). Mungkin sebagian dari kamu mungkin belum tahu seperti apa sih Blue Moon itu?

Nah, ada penjelasan dari Andi Pangerang yang menjadi Peneliti Pusat Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Menurut Andi, secara umum, ada dua definisi yang berbeda mengenai Blue Moon:

  1. Bulan Biru Musiman (Seasonal Blue Moon), yakni Bulan Purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang di dalamnya terjadi empat kali Bulan Purnama.
  2. Bulan Biru bulanan (Monthly Blue Moon), yakni Bulan Purnama kedua dari salah satu bulan di dalam kalender Masehi yang di dalamnya terjadi dua kali Bulan Purnama.

Selain itu, Andi juga menjelaskan bahwa Blue Moon pada 22 Agustus termasuk ke dalam Blue Moon Musiman. Di dalam Almanak Petani Maine di Amerika Serikat, purnama ini dinamakan sebagai Purnama Sturgeon dikarenakan pada bulan Agustus, ikan Sturgeon (ikan penghasil kaviar) muncul ke permukaan danau sehingga mudah ditangkap.

Purnama ini juga memiliki nama lain: Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon), Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon) dan Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon).

BACA JUGA: Jual Barang Pakai NFT Bisa Lewat TokoMall Indonesia

Untuk Blue Moon Musiman terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali. Sebelumnya pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016. Fenomena Blue Moon Musiman akan terjadi lagi pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027.

Blue Moon Bulanan juga terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali, sebelumnya penah terjadi pada 31 Juli 2015 dan 31 Januari 2018. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 31 Agustus 2023 dan 31 Mei 2026 mendatang.

Terjadinya Blue Moon

Andi menjelaskan, umumnya, dalam sebuah musim astronomis (yang ditandai oleh solstis ataupun ekuinoks) dapat terjadi tiga kali Bulan Purnama.

Hal itu karena durasi musim untuk musim gugur (belahan utara) dan musim dingin (belahan utara) rata-rata 89,5 hari, sedangkan durasi musim untuk musim semi (belahan utara) dan musim panas (belahan utara) rata-rata 93 hari.

Sedangkan rata-rata lunasi (satu siklus periode sinodis Bulan mengelilingi Bumi) sebesar 29,53 hari. Sehingga 89,5 : 29,53 = 3,03 atau dibulatkan menjadi 3.

Jika Bulan Purnama pertama terjadi berdekatan dengan awal musim astronomis, maka memungkinkan dalam sebuah musim astronomis terjadi empat kali Bulan Purnama.

Bulan purnama ketiga dalam sebuah musim astronomis yang mengalami empat kali Bulan Purnama inilah yang disebut sebagai Blue Moon.

Dinamakan Blue Moon

Menurut Andi, Blue Moon hakikatnya tidak benar-benar biru. Asal-usul historis istilah ini dan dua definisinya sebenarnya masih simpang siur dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi.

Banyak orang meyakini istilah Blue Moon yang dimaknai sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah Bulan menjadi berwarna kebiruan.

Istilah ini sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu dari penelusuran saat ini, yang mana seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Dr. Philip Hiscock, mengusulkan bahwa penyebutan “Bulan Biru” bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.

Apakah Blue Moon Langka?

Bulan Biru Bulanan dapat terjadi jika Bulan Purnama terjadi di sekitar awal bulan Masehi. Hal ini dikarenakan rata-rata lunasi sebesar 29,53 hari; lebih pendek dibandingkan dengan 11 bulan dalam kalender Masehi.

Bulan Biru Musiman terjadi sedikit lebih jarang daripada Bulan Biru bulanan—dalam 1100 tahun antara 1550 dan 2650, ada 408 Bulan Biru Musiman dan 456 Bulan Biru Bulanan. Dengan demikian, baik musiman maupun bulanan, Bulan Biru terjadi kira-kira setiap dua atau tiga tahun.

Bulan Biru yang benar-benar berwarna biru dapat terjadi sangat langka dan tidak ada hubungannya dengan kalender, fase Bulan atau jatuhnya musim, melainkan akibat dari kondisi atmosfer. Abu vulkanik dan kabut asap, droplet di udara, atau jenis awan tertentu dapat menyebabkan Bulan Purnama tampak kebiruan.

populerRelated Article