Home
/
Digilife

Masuk Tahun Baru, Jack Ma Malah Kehilangan Rp 153 Triliun

Masuk Tahun Baru, Jack Ma Malah Kehilangan Rp 153 Triliun
Susetyo Prihadi01 January 2021
Bagikan :

Jack Ma (Foto: Bloomberg)

Uzone.id - Kekayaan bersih Jack Ma telah turun hampir USD 11 miliar atau Rp 153 triliun sejak akhir Oktober 2020, karena China meningkatkan pengawasan terhadap perusahaanya.

Mantan guru bahasa Inggris berusia 56 tahun - sering dikaitkan dengan meroketnya sektor internet China - sempat mencapai puncak dengan nilai kekayaan USD 61,7 miliar tahun ini dan siap untuk mendapatkan kembali gelar orang terkaya di Asia.

Sekarang, dengan kekayaan USD50,9 miliar, dia sejak itu merosot ke posisi 25 di Bloomberg Billionaires Index, daftar dari 500 orang terkaya di dunia.

Baca juga: Kronologi Perseteruan Jack Ma dan Pemerintah China

Salah satu faktor utama yang membuat kekayaan Jack Ma turun lumayan drastis adalah binvestigasi regulator China pada Ant Financial Group serta Alibaba, dua perusahaan yang ia dirikan.

"Ada gelombang sinyal serupa yang menunjukkan bahwa raksasa teknologi China tetap berada di radar pihak berwenang," kata Bruce Pang, kepala penelitian makro dan strategi di China Renaissance Securities Hong Kong, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (1/1).

"Draft pedoman anti-monopoli dan tinjauan antitrust hanyalah dua dari sinyal itu,” tambahnya.

Seperti diketahui, Jack Ma yang selama diketahui sebagai ikon pengusaha sukses asal China, beberapa waktu lalu mengkritik sistem peraturan negaranya yang menghambat inovasi dan harus segera direnovasi untuk pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Ambisi China Saingi AS Sebagai Negara Innovator Teknologi

Presiden China Xi Jinping yang mendengar itu langsung bereaksi dan merasa menemukan celah untuk menghentikan rencana initial public offering (IPO) perusahaan teknologi keuangan Ant Group diambil dua hari sebelum pencatatan perdana saham di bursa saham Hong Kong dan bursa saham Shanghai.

Ini merupakan akumulasi ketegangan selama bertahun-tahun dengan pemerintah yang mewaspadai penetrasi layanan pembayaran digital milik grup Ant.

Sekadar diketahui, tahun lalu Ant mencatat jumlah transaksi lebih besar ketimbang pemain global, Mastercard.

Alibaba dan Ant milik Jack Ma, Tencent milik Pony Ma dan lainnya memang di satu sisi membanggakan. Namun demikian di sisi lain pemerintah China yang tak menganut sistem kapatalis ,juga tak ingin mereka terlalu merajalela tanpa aturan.

populerRelated Article